Doa merupakan senjata kita yang paling utuh
Doa merupakan senjata orang mukmin. Dalam apa jua keadaan, kita digalakkan memperbanyakkan berdoa; samada ketika senang apatah lagi ketika susah. Pintalah hanya kepada Allah kerana Allah yang memegang, memelihara, memiliki segalanya samada yang nyata, yang ghaib.
Mudahnya ye, hanya dengan berdoa! Namun ada syaratnya supaya doa ini menjadi senjata kita. Apa syarat-syaratnya tu?
-kredit to Lyna
1) ikhlas.
Ibnu Katsir mengatakan bahwa setiap orang yang beribadah dan berdo’a
hendaknya dengan ikhlas serta menyelisihi orang-orang musyrik dalam cara
dan madzhab mereka2.
2) ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, termasuk dalam segala bentuk ibadah.
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS. Al Ahzaab 21)
3) yakin bahwa do’anya akan dikabulkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berdo’alah kalian
kepada Allah dalam keadaan yakin akan terkabulnya do’a itu” (HR.
Tirmidzi). Jika seorang hamba berdo’a kepada Allah sementara ia tidak
yakin Allah akan mengabulkan do’anya, maka itu adalah sebuah
kesia-siaan. Umar Ibnul Khattab pernah mengatakan, “Aku tidak membebani
diriku dengan keinginan untuk terkabulnya do’a. Aku hanya ingin berharap
agar tetap bisa berdo’a”3. Allah berfirman (yang artinya), “Berdo’alah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. Ghafir 60).
4) kekhusyukan di hadapan Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketahuilah bahwa
Allah tidak akan mengabulkan do’a dari seseorang yang lalai dan tidak
serius” (HR. Tirmidzi). Seringkali seseorang berdo’a setelah sholat
namun tidak merasakan apa yang diucapkannya.
Seorang tabi’in
pernah mengatakan, “Sungguh, aku tahu bila do’aku akan dikabulkan”.
Mereka bertanya, “Bagaimana itu?” Ia menjawab, ”Jika hatiku telah
khusyuk, kemudian badanku juga ikut khusyuk, dan akupun mengalirkan air
mata. Ketika itulah aku mengatakan do’aku ini akan dikabulkan”.
Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Tahukah kalian bagaimana seharusnya
seorang muslim berdo’a?” Mereka bertanya, “Bagaimanakah itu wahai Imam?”
Beliau menjawab, “Tahukah kalian bagaimana seseorang yang berada di
tengah gelombang lautan, sementara ia hanya memiliki sebatang kayu, dan
iapun akan tenggelam? Kemudian orang ini berdo’a dengan mengatakan, ‘Ya
Rabbi, selamatkanlah aku! Ya Rabbi, selamatkanlah aku!’ Maka demikianlah
seharusnya seorang muslim berdo’a (kepada Allah)”5. Hal ini
memperlihatkan bahwa sudah selayaknya seorang hamba yakin bahwa tidak
ada lagi yang mampu menyelamatkannya selain Rabbnya sehingga ia akan
kembali kepada-Nya dalam keadaan apapun dan berdo’a kepada-Nya karena
rasa membutuhkan yang lahir dari kelemahan diri. Allah berfirman (yang
artinya), “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam
kesulitan jika ia berdo’a kepada-Nya…” (QS. An Naml 62).
5) tidak isti’jal (tergesa-gesa minta cepat terkabulnya do’a).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Akan dikabulkan do’a seseorang di antara kalian sepanjang ia tidak
tergesa-gesa. Ia berkata, ‘Aku telah berdo’a dan berdo’a, namun aku
tidak melihat terkabulnya do’aku’, sehingga iapun tidak lagi berdo’a”
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah). Orang yang
tergesa-gesa dalam berdo’a kemudian meninggalkannya karena merasa tak
juga dikabulkan do’anya bagaikan orang yang menanami ladangnya dengan
menabur benih. Namun ketika benih itu mulai tumbuh, ia mengatakan,
“Agaknya benih-benih ini tidak akan tumbuh”, dan kemudian ia
meninggalkannya begitu saja.
Dalam sebuah atsar disebutkan
bahwa Allah bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, apakah hamba-Ku
berdo’a kepada-Ku?” Jibril menjawab, “Ya”. Allah bertanya lagi, “Apakah
ia menghiba kepada-Ku dalam meminta?” Jibril menjawab, “Ya”. Maka Allah
berfirman, “Wahai Jibril, tangguhkanlah (pengabulan) permintaan
hamba-Ku, sebab Aku suka mendengar suaranya”6.
6) hanya makan yang halal, termasuk di dalamnya adalah menghasilkan harta dari sesuatu yang halal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah
itu baik, dan tidak akan menerima selain yang baik. Allah memerintah
orang-orang mukmin seperti apa yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul”
(HR. Muslim, Tirmidzi). Dalam firman-Nya, Allah memerintahkan (yang
artinya), “Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yng baik-baik, dan
kerjakanlah amal sholih…” (QS. Al Mu’minuun 51).
7) tidak berdo’a untuk sesuatu yang berdosa. D
ari Abu Said, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila seorang muslim berdo’a dan tidak memohon sesuatu yang berdosa
atau pemutusan kerabat kecuali akan dikabulkan oleh Allah salah satu
dari tiga: Akan dikabulkan do’anya, atau ditunda untuk simpanan di
akhirat, atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya” (HR.
Ahmad 3/18. Imam Al-Mundziri mengatakannya Jayyid (bagus) Targhib
2/478)7.
8) husnudzon (berbaik sangka) kepada Allah bahwa Dia
akan mengabulkan do’a kita. Kalaupun tak dikabulkan, itu karena hikmah
yang Allah lebih mengetahuinya. Dalam hadis Qudsi, Allah berfirman (yang
artinya), "Aku bergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku" (HR Bukhari).
Comments