Benci dan dendam bisa memusnahkan kita

Masih hangat perbincangan tentang perlawanan bola sepak Sukan SEA tempohari. Umi bukanlah peminat bola sepak, tak mengikuti sangat perkembangan dunia sukan ni malah tak pernah menjejaki mana-mana stadium menyaksikan perlawanan bola sepak.  Cukup sekadar memerhati sekali sekala di kaca TV.  Namun rasa cukup terkesan dengan tulisan seorang rakyat Indonesia yang mempunyai pandangan yang nyata sekali berbeza dengan rata-rata rakyat Indonesia.  Umi terbaca artikel dalam blog OhTidak pagi tadi. 

Menarik sekali pandangan penulis olahraga ini, antara faktor kekalahan Indonesia tempohari adalah kerana semangat mereka cenderung kepada benci dan dendam, berbanding pasukan Malaysia yang digambarkan sebagai tetamu yang teraniaya.  Selayaknya doa orang yang teraniaya ini lebih cepat dimakbulkan Allah.

Umi salin sedikit keratan artikel tersebut, ditulis dalam bahasa Indonesia yang bisa kita fahami (maklumlah orang Malaysia dah biasa nonton sinetron, kan?).

-----
Ada apa sebenarnya? Kenapa Indonesia selalu kalah dengan Malaysia di partai puncak? Banyak yang beranalisis tentang masalah teknis seperti teknik, team work, mental dan lain-lain. Tapi saya mencoba menganalisis dengan cara lain. Kenapa Indonesia tidak bisa mengalahkan Malaysia di GBK? Jawabannya adalah karena motivasi Indonesia untuk menang adalah motivasi kebencian dan dendam. Seperti diketahui benci dan dendam adalah dua energi yang sangat NEGATIF. Maka begitu berkumpul di stadion yang penuh dengan aura kebencian dan dendam energi negatif itu terakumulasi besar sekali. Dan percaya atau tidak energi negatif itu akan menular ke dalam lapangan. Dan permainan pun kacau sekali, ditambah seluruh stadion yang menyumpah serapah i negara lawan. Maka doa yang didasari oleh energi negatif tidak akan sampai dan diterima oleh Tuhan. Justru doa penonton Malaysia yang datang ke GBK dikabulkan. Kenapa? Karena mereka termasuk orang-orang yang teraniaya,sebagai tamu mereka bukannya dihormati tetapi malah disumpah-serapah. Padahal mereka belum tentu salah, maka saat mereka berdoa meminta kemenangan, dengan cepat Tuhan mengabulkan. Doa orang-orang teraniaya lebih makbul.
Oleh karena itu marilah kita luruskan niat, saat pertandingan olahraga tidak perlu membawa kepentingan politik dan membawa kebencian di lapangan. Bertandinglah untuk menghibur, untuk mencapai prestasi karena ingin mengharumkan nama bangsa tanpa menginjak martabat bangsa lain. Bukankah seorang pemenang sejati itu adalah mereka yang “Menang tanpa kesombongan dan kalah tanpa banyak alasan”.
-----

What say you?

Comments

Unknown said…
kalah dan menang sudah menjadi adat pertandingan tapi perbalahan tidak sepatutnya berlaku kalau masing-masing dpt memahami dan menerima kenyataan.